MEWUJUDKAN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA YANG KOMUNIKATIF, INSPIRATIF DAN INOVATIF UNTUK KEMAJUAN STKIP-PGRI LUBUKLINGGAU

Selasa, 08 Juli 2014

PERAN DAN FUNGSI BEM YANG IDEAL

Organisasi Mahasiswa, pada dasarnya terbagi menjadi 2 (dua) kelembagaan, yaitu Lembaga Legislatif yang bertugas sebagai pengawas jalannya kerja-kerja organisasi (fungsi kontrol) dan Lembaga Legislatif yang menjalankan seluruh kerja-kerja organisasi. Pada awalnya organisasi mahasiswa di tingkat Universitas bernama Dewan Mahasiswa atau yang lebih dikenal dengan DEMA(1965 hingga 1978), dalam proses berjalannya DEMA sangat kritis terhadap kebijakan-kebijakan baik di intern kampus ataupun di luar kampus.



Pada perkembangan selanjutnya, Dewan Mahasiswa “dilikuidasi” oleh pemerintah pada tahun 1980-an dengan diberlakukannya peraturan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan) yang salah satu produknya yaitu Surat Keputusan MENDIKBUD No. 0457/U/1990 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan dengan bentuk Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi.




Peranan dan fungsi Badan Eksekutif Mahasiswa di peguruan tinggi merupakan pusat sentral dan pimpinan tertinggi dalam pengembilan kebijakan di kalangan masyarakat mahasiswa universitas. Dalam hal ini BEM universitas harus mengambil keputusan dan kebijakan dalam suatu kepemerintahan negara mahasiswa harus kritis terhadap kebijakan-kebijakan baik di dalam lingkuangan kampus maupun luar kampus.



Badan Eksekutif Mahasiswa merupakan ujung tombak dalam menjalankan segela aspek ke tata pemerintahan dan penyampain aspirasi rakyat. Membela masyarakat yang merasa di rugikan oleh pejabat universitas dan menstabilkan keadaan negara mahasiswa baik berupa keamanan, kesejahteraan, juga kebebasan dalam menyapaikan pendapat baik secara lisan maupun dalam tulisan.



Sebagai Badan Eksekutif Mahasiswa di peguruan tinggi dan menaungi element yang berada di universitas juga memiliki jalur koordinasi dengan MPM/DPM, UKM, MPM/DPM Jurusan, HMJ dan HMPS. Untuk menjaga kestabilan dan kebijakan yang sepihak hendaknya element tersebut dapat bekerja sama dalam pengambilan keputusan, baik berupa pengambilan keputusan maupun dalam pencapain visi dan misi presiden terpilih.



Keterlibatan dari unit kegiatan mahasiswa ini sangatlah penting dalam pencapain peranan dan fungsi Badan Eksekutif mahasiswa. Karena pada setiap unit Kegiatan Mahasiswa memiliki keahlian khusus juga visi dan misi yang berbeda tetapi seyokyanya semua UKM tersebut memiliki tujuan yang sama dengan Badan eksekutif mahasiswa yaitu menjujung almater universitas baik di dalam universitas maupun diluar universitas. Jika hal ini dapat tercapai maka akan terbentuklah pemerintahan mahasiswa yang ideal.



Dengan bekerjasama dengan UKM tersebut Badan Eksekutif Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau setidaknya akan terasa mudah dalam pencapaian tujuan yang akan dicapai baik berupa kegiatan seni dibantu oleh KOASIS, dakwah di bantu oleh LDK Kemas, kesehatan di bantu oleh KSR, olahraga dibantu oleh UKM FORMA, Gugus Depan di bantu oleh UKM Pramuka , pengembangan diri dibidang ekstrakulikuler di bantu oleh Marching Band dan Padus, tanggap bencana yang selama ini menjadi permasalahan di tingkat pemerintahan mahasiswa dan siapa yang berwenang itu sebenarnya bisa ditugaskan ke MAPALA, KSR dan PRAMUKA.



Selama ini jalur ini lah yang belum pernah di tempuh oleh Badan Eksekutif Mahasiswa. Sebagai pemerintah kita hendaknya dapat menjaga semua ini agar terjadi keseimbangan sosial dan juga menghilangkan kepentingan golongan yang menjamur dalam tubuh kepemerintahan. Negara kita adalah negara demokrasi bukan negara otoritas maupun komunis. Dalam pengambilan keputusan semua harus dijalur musyawarah dan menjaga kebersamaan. Tidak ada yang merasakan kerugian dalam pengambilan keputusan tersebut. 



Kepentingan golongan dan kepentingan partai sekarang yang menjadi permasalahan bagi politis kampus dan menjadi wacana tuntutan bagi seluruh politisi kampus, bahwasanya di Badan Eksekutif Mahasiswa telah ada keterlibtan Partai Politik yang berperan penting dalam kebijakan pemerintahan mahasiswa yang belum tau kebenaranya. Tapi hal ini juga harus kita tanggapi karena kita belum mengetahui apakah semua ini merupakan skenario atau permainan politik yang di perankan oleh pihak yang tidak menginginkan segala kebijkan yang di keluarkan pemerintah mahasiswa. Ataupun ini memang benar adanya. Jadi sebagai Badan Eksekutif mahasiswa hendaknya segera mengambil kebijakan untuk perbaiki citra dan nama baik agar masyarakat mahasiswa universitas tidak terprovakasi oleh segala hal yang belum jelas kebenaranya.



Kita harus mengetahui terlebih dahulu bahwasanya mahasiswa bukanlah boneka atau siswa biasa. Berbicara tentang Mahasiswa berarti berbicara tentang salah satu elemen penting dari bangsa ini. Begitu banyak catatatn sejarah ditorehkan oleh mahasiswa dalam perjalanan panjang pergerakan di negeri ini. Jika kita menoleh kembali pada 3 hal bersejarah di negeri ini, maka kita akan yakin bahwa mahasiswa memang bukanlah boneka atau siswa biasa. Pertama, selalu terlintas pada benak saya perjuangan para pemuda yang notabenenya mereka adalah Mahasiswa STOVIA di Tahun 1908. Mereka adalah Budi Utomo, organisasi nasional Pemuda pertama di Indonesia yang didirikan oleh Sutomo. Itu baru satu catatan penting. Peran mahasiswa yang tak kalah pentingnya terjadi di tahun 1928, yaitu Sumpah Pemuda. Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua yang menghasilkan sumpah pemuda ini berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Yang masih teringat pula oleh kita, yaitu peristiwa 12 Mei 1998. Ribuan mahasiswa berhasil mengubah nasib ratusan juta rakyat Indonesia dan menjadi actor vital dalam sejarah penegakan demokrasi di Indonesia.



Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah mahasiswa yang dikatakan sebagai agen perubahan dan kaum yang kritis mau terjebak oleh pihak-pihak tertentu yang ingin membuat kita sebagai mahasiswa menjadi boneka yang mau diapakan semau mereka? Pertanyaan itu hanya kita yang bisa menjawab sebagai seorang mahasiswa.



Menjadi mahasiswa adalah sesuatu yang tidak mudah, namun tidak perlu dipersulit. Terkadang kita menganggap bahwa mahasiswa harus demo anarkis. Ada pula yang beranggapan bahwa mahasiswa haruslah jarang masuk kuliah dan lebih mementingkan organisasi. Menurut pandangan saya, semua itu tidak ada yang totally true, dan tidak ada pula yang totally wrong. Hidup ini penuh pilihan dan setiap pilihan harus memiliki skala prioritas dan akan disertai dengan berbagai trade off dan konsekuensi. Begitu pula dengan pilihan untuk menjad mahasiswa.

Lalu Apa Peran Mahasiswa?
Ada berbagai pandangan mengenai peran dari seorang mahasiswa. Namun saya memiliki pendapat saya sendiri yang saya dasarkan akan percakapan dan pertemuan saya dengan berbagai mahasiswa dari berbagai sisi Nusantara.



Mahasiswa adalah sosok yang kritis. Jika Kita sering melihat aksi demo, aksi damai, akisi unjuk rasa, itu merupakan beberapa bukti sikap kritis mahasiswa. Setiap orang pasti memiliki cara masing-masing untuk menumpahkan aspirasi atau kritik mereka akan segala sesuatu. Sikap kritis ini bisa diimplementasikan dengan cara lain. Kita sebagai mahasiswa akan lebih baik jika dapat meraih segala macam informasi dari berbagai sumber, sehingga jika kita ingin mengkritisi sesuatu, kita tahu persis apa yang ingin kita kritisi. Sikap kritis ini juga bisa diwujudkan dalam bentuk yang lebih “soft”, yaitu dengan menggunakan surat aspirasi atau menghadap langsung pihak yang ingin kita kritisi. Yang tekadang menjadi kendala, pihak yang dikritisi hanya bisa menutup telinga dan hanya memandang dengan cara mereka. Tapi itulah tugas kita sebagai mahasiswa, menjadi pembuka telinga yang tertutup dengan sikap kritis yang optimal namun tidak berlebihan. Yang terpenting, setiap sikap kritik harus disertai dengan solusi yang reliable, realistic, dan argumentative. Ingat, mahasiswa bukanlah boneka yang hanya mengikuti apa kata yang tua atau orang penting di sekitarnya. Mahasiswa harus berani bersuara lantang untuk sebuah perubahan.



Mahasiswa adalah Agen Perubahan. Kita sebagai mahasiswa sudah selayaknya mampu melakukan perubahan dalam 3 tahap. Yang pertama perubahan untuk suatu hal tersulit diubah, yaitu diri pribadi. Memang lebih mudah untuk kita mengubah orang lain dibanding dengan melakukan perubahan untuk diri sendiri. Hal ini disebabkan kita akan lebih subjektif dalam menilai diri pribadi dan selalu lebih mudah melihat kelebihan yang ada dibanding kekurangan kita. Dalam konteks mahasiswa, hal terpenting yang perlu diubah adalah cara pikir kita. Cara pikir kita tidak bisa lagi seperti anak SMA. Kita tidak bisa berpikir apa yang harus kita lakukan sekarang saja.Namun Mahasiswa seyogyanya memiliki pola pandang maju ke depan, namun tetap mampu menganalisis dan mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan ,serta mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan kini. Perubahan yang dapat dilakukan mahasiswa adalah perubahan melalui komunitas atau organisasi. Bukan mahasiswa namanya kalau tidak aktif dalam komunitas atau organisasi. Jika seseorang mengaku mahasiswa namun hanya datang ke kampus untuk masuk kelas, lalu pulang lagi ke rumah, tanpa ada aktivitas organisasi atau sosialisasi yang cukup, maka jangan mengaku sebagai mahasiswa. Begitu pula sebaliknya, jika kita mengaku sebagai mahasiswa namun hanya berkutat dengan organisasi namun lupa akan tanggung jawab akademik seorang mahasiswa, jangan menggolongkan diri kita sebagai mahasiswa. Kembali lagi kepada perubahan yang dapat kita lakukan melalui organisasi. Perubahan tersebut dapat memberi dampak yang luar biasa bagi kita, mahasiswa lain, dan juga masyarakat luar. Contonya saja, jika kita melakukan kritik terhadap kebijakan kampus yang mencederai kita sebagai mahasiswa, maka kemungkinan besar, kita dapat mengurangi pihak-pihak yang merasa dirugikan. Sudah tidak zaman nya lagi kita hanya duduk diam di kelas dan menutup telinga kita terhadap segala hal-hal bising di sekitar kita. Let’s make changes…



Itulah beberapa hal yang bisa menjadi senjata kita sebagai mahasiswa, yaitu Keberanian untuk mengkrirtisi sesuatu dengan solusi dan argument yang jelas, dan semangat untuk melakukan perubahan. Kita bukanlah boneka yang terus ingin diperlakukan semaunya dan kita juga bukan siswa biasa yang tidak tahu akan apa yang telah, sedang, dan akan lakukan.
Menjadi mahasiswa adalah pilihan kita dan kita harus siap untuk melakukan trade-off, menyusun prioritas, dan menerima segala konsekuensinya.



Salam Mahasiswa, Salam Perubahan !!!

(Dari berbagai Sumber)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar